Kunjungi Cina, Menkeu AS Sebut Hubungan Kedua Negara 'Lebih Stabil'
KABUPATEN CIREBON, DBFM - Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen dan Perdana Menteri Cina Li Qiang pada Minggu (07/4) menyatakan keyakinannya bahwa hubungan antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia membaik.
Yellen bertemu Li di Beijing pada kunjungan keduanya ke Cina dalam waktu kurang dari setahun.
Dia mengatakan kepada Perdana Menteri Cina bahwa kemampuan untuk melakukan pembicaraan yang sulit telah menempatkan kedua raksasa ekonomi tersebut pada "pijakan yang lebih stabil.”
"Meskipun masih banyak yang harus kita lakukan, saya yakin, selama setahun terakhir, kita telah menempatkan hubungan bilateral kita pada pijakan yang lebih stabil,” katanya.
Hubungan antara AS dan Cina sering kali tegang dalam beberapa tahun terakhir, dengan isu-isu seperti teknologi, perdagangan, hak asasi manusia, dan sikap agresif Beijing terhadap Taiwan yang menjadi sumber perselisihan.
Pada hari Minggu (7/4) Li mengatakan Cina mengharapkan kemitraan daripada hubungan permusuhan antara kedua negara.
Perdana Menteri Cina itu menambahkan bahwa "kemajuan konstruktif” telah dicapai selama kunjungan Yellen.
'Pertumbuhan yang seimbang'
Pada Sabtu (06/4), Yellen mengadakan serangkaian pertemuan di pusat ekspor Guangzhou.
Menteri Keuangan AS mengadakan diskusi selama berjam-jam dengan mitranya, Wakil Perdana Menteri He Lifeng. Keduanya sepakat untuk mengadakan "pertukaran intensif” mengenai pertumbuhan ekonomi yang lebih seimbang.
Yellen menekankan bahwa dia bermaksud menggunakan pembicaraan itu ini untuk mengadvokasi kesetaraan dengan Cina guna melindungi pekerja dan bisnis AS.
Berbicara tentang kunjungan Yellen ke Guangzhou, Li mengatakan pada Minggu bahwa pengguna internet Cina telah mengikuti dengan cermat rincian perjalanannya sejak kemunculannya di kota selatan tersebut, menunjukkan "harapan agar hubungan Cina-AS terus membaik.”
Argumen kelebihan kapasitas masih diperdebatkan
Dalam kunjungannya, Yellen menekankan ancaman kelebihan produksi produk-produk energi ramah lingkungan, seperti kendaraan listrik dan panel surya, terhadap produsen di AS dan negara-negara lain. Namun media pemerintah Cina menolak klaim itu.
Kantor berita negara Xinhua mengatakan bahwa pembicaraan tentang "kelebihan kapasitas Cina” di sektor energi bersih menciptakan dalih bagi kebijakan proteksionis untuk melindungi perusahaan-perusahaan Amerika.
Menekan industri yang terkait dengan kendaraan listrik di Cina tidak akan membantu AS mengembangkan industrinya sendiri, tulis Xinhua seraya menyatakan harapan bahwa lebih banyak kemajuan dapat dicapai selama kunjungan Yellen untuk meruntuhkan hambatan yang menghambat kerja sama yang saling menguntungkan.
Pertemuan antara Biden dan Presiden Cina Xi Jinping di San Francisco pada November lalu telah berkontribusi pada perbaikan hubungan bilateral. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga diperkirakan akan segera mengunjungi Cina lagi sebagai tanda bahwa kedua belah pihak berupaya untuk kembali ke hubungan yang lebih baik.
( Artikel ini Bersumber : tribunnews.com )