Presidium Mahasiswa Trisakti: Hak Angket DPR Jadi Bukti Partai Mana yang Serius Mengawal Demokrasi

KABUPATEN CIREBON, DBFM - Presidium Mahasiswa Trisakti Vladima Insan Mardika mengatakan mahasiswa hari ini pada umumnya tidak mempercayai partai politik.

Mahasiswa, kata dia, sama-sama tahu bagaimana politisi akan bekerja, bersikap, dan berbicara.

Para politisi, kata dia, akan selalu berkutat hanya pada kepentingan-kepentingan.

Untuk itu, menurutnya wacana hak angket DPR untuk menyelidiki Pemilu 2024 akan menjadi ajang partai-partai politik untuk membuktikan diri mereka dalam mengawal demokrasi setelah selama era kepemimpinan Presiden Joko Widodo mahasiswa tidak mempercayai kinerja partai-partai politik tersebut.

Hal tersebut disampaikannya saat diskusi publik bertajuk Rakyat Indonesia Menggugat di kawasan Menteng Jakarta Pusat pada Jumat (23/2/2024) malam.

"Partai mana pun dalam anggapan hari ini itu sama-sama saja. Maka angket itu akan menjadi bukti partai mana kira-kira yang serius untuk memgawal demokrasi kita yang sudah mengerucut dan hanya disampaikan 5 tahun sekali," kata Vladima.

Menurutnya, selama ini pemerintah baru berbicara demokrasi secara masif dan menggaungkan keterlibatan pemuda hanya ketika pemilu.

Hal tersebut, kata dia, karena mereka melihat adanya peluang-peluang untuk memenangkan pemilu dengan meraih suara-suara anak muda.

"Kita menganggap bahwa (hak angket) itu ajang kita lihat partai mana yang kira-kira masih menjalankannya sebagai perwakilan dari rakyat itu sendiri," kata dia.

Vladima mengatakan ia dan teman-temannya juga akan mengajak mahasiswa dan kampus-kampus lain untuk bergerak mengawal hak angket tersebut.

Lebih dari itu, ia juga mengatakan telah melakukan konsolidasi tidak hanya dengan mahasiswa melainkan juga seluruh elemen masyarakat.

"Hari ini kita sudah berkonsolidasi tidak hanya dengan kampus. Ini juga bukan hanya gerakan mahasiswa saja. Kita menganggap hari ini merupakan gerakan dari seluruh elemen masyarakat yang menginginkan adanya kestabilan baik politik, ekonomi, dan kebudayaan pula," kata dia.

"Karena 5 tahunan ini akan menentukan beberapa waktu ke depan bagaimana kehidupan bernegara ini. Pasti akan diajak. Tidak cuma kampus lain, seluruh elemen masyarakat," sambung dia.

Selain itu, ia dan teman-temannya telah melakukan aksi berkali-kali termasuk ke Mahkamah Konstitusi (MK).

Menurutnya cikal bakal dugaan kecurangan pemilu adalah putusan MK yang kemudian meloloskan putra Presiden Joko Widodo (Jokowi) Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden.

Setelah kemudian ada proses etik yang menyatakan adanya pelanggaran terhadap hakim konstitusi yang membuat putusan tersebut, kata dia, ia dan teman-temannya heran mengapa hal itu tidak mempengaruhi situasi.

"Kalau di level kampus, ini level kampus saja, kalau di Trisakti, prosedural pencalonannnya cacat itu dianulir, didiskualifikasi. Hari ini masa' Universitas Trisakti bisa menjalanlan pemilu lebih baik daripada negara ini? Itu kan konyol,", kata dia

( Artikel ini Bersumber : tribunnews.com )